THE TIME WITH NO NAME, THE SELF WITH NO NAME: 12/01/2003 - 01/01/2004

Monday, December 29, 2003

Bandung after midnight ... dikamar hitam penuh dosa

Malam bergerak lambat ... dikamar yang tak lama lagi akan kutinggalkan ini , kucoba mencatat kenangan didepan perih dan luka.Malam ... gelap ... mendesah ... meragu.Namun tidak ada kata-kata ; mati , kematian dan air mata didalam tulisanku itu , yang ada hanyalah tirai , nafas , sunyi , asbak , dan yang paling banyak adalah : usaha mati-matian.
Disini hanya ada aku , kamar sepi , sebotol kecil Heineken , dan sesuatu yang menyekat di tenggorokan , namun bukan penyesalan.Semacam daun-daun dimalam hari tanpa cericit kelelawar.Sesungguhnya semua serba sunyi , lebih jauh dan dalam dari pingsan , tangisan , dan air mata.

Kesedihan yang aku tidak tahu darimana datangnya ini hanya untukku sendiri , tersimpan begitu rapi , terlipat sempurna pada semua pori-poriku.Tidak untuk yang lainnya bahkan sejarah , jalan setapak dan kuburan.Tak ada doa-doa , air mata , dan percakapan melankoli biru untuk kesedihan dihadapanku ini.Hanya diam yang matang dan sempurna.

Pintu kamar telah kukunci rapat-rapat , jendela kuberendel , lubang-lubang ventilasi ditutup.Udara pun tak boleh meraba , benar-benar untukku sendiri."kesedihan" ... sesuatu yang kubenci , sekaligus kurindukan : rahasia yang menyebalkan , hanya karena aku terlahir sebagai manusia.

Aku masih menulis ... tulisan yang semakin panjang , yang makin kuhisap dalam rumus-rumus misteri , absurditas yang disembahyangi nada-nada tanpa harmoni.
Aku dihadapkan pada sesuatu yang menuju kepastian , yang dibaliknya entah ada apa ? Imajinasiku tak sampai , sedangkan keliaran itu sudah kupelihara sejak lama.
Dihadapanku : sebuah kepastian yang mau tak mau bakal kuterima juga .Kepastian yang menjajah dan terkutuk.

Sungguh betapa aku merasa lelah dengan terang , dengan gerak , dengan hidup.Aku ingin lepas dari kebisingan , keramaian , dendang-dendang pendek dan panjang , begitu merdeka , tak terjajah siapapun.Sebuah kekosongan yang begitu membius , meninggalkan semua peristiwa-peristiwa dan kejadian.
Hey kematian!!!Selamatkan aku dari kepungan fakta dan mimpi!

Lampu pijar dikamarku ini berdengung ... bersahut-sahutan dfengan setiap helaan nafasku yang semakin berat ... asap rokok membumbung keudara menciptakan semacam kabut tipis yang melayang-layang.
Aku bernyanyi ... lagu tentang kematian dalam nada minor ... nada-nada kesedihan ... yang terdengar dari dalam dada , dari pertanyaan yang dalam , pertanyaan tentang mengapa kematian dapat menjadi mimpiku yang teramat indah ....
Lagu selesai. Yang tersisa tinggal sepi , dan botol kosong Heineken ...

....

.....

......

.......

Aarrrggghh !!! Sialan!!Aku bosan dengan diam!
Aku berusaha merobek sunyi.Kubuka tirai lebar-lebar ... kubuka jendela.
Biarkan udara ... dan nyamuk-nyamuk kelaparan masuk !!Biarkan kesedihan menguap keluar ... bersatu dengan kesedihan-kesedihan lain yang keluar dari jendela-jendela seluruh kota.
Biar ... Biarkan ... Biar saja!!!

(Mengalun dari tape hitam tua bututku ; Optimistic - RadioHead)

Isapanku atas rokok filterku mulai menjamah bungkus kedua.Sebuah candu yang orang-orang bilang bisa membuatku cepat mati. Ha?Baguslah kalau begitu!!

Lalu kubimbing diriku kedepan cermin. Menatap dalam pada pantulan bayangan didepanku , mencoba-coba menangkap apa yang ada dibalik sebentuk wajah itu.Cermin itu semakin keruh oleh dengus nafasku yang mendendam pada sosok tak tersentuh didepanku. Kelopak pada ujung jariku segera mengatup tepat ketika dingin kaca menyergap ; ketika aku mencoba menggapai sosok bayangan itu.Aku ingin sekali memunguti imaji disosok tubuh itu , satu-persatu.

Setelah menghembuskan asap dari hisapan rokok yang entah keberapa , aku beranjak kebingkai jendela , sembari menggenggam segelas kantuk yang mengepulkan aroma benci. Aku melayangkan pandangku pada langit yang menghitam.Mencoba mengenali arti hidup. Dan aku tergelak ... arti hidup ??? Cari saja dikamus besar bahasa Indonesia!!!
Bulan tersenyum mendengar ucapanku.Aku mendelik sebal padanya.Brengsek!!!Rupanya diam-diam dia memperhatikan gerak-gerik dan mencuri dengar semua ucapanku.Aku mulai mencaci maki dan meludahi bulan sialan itu.Kuyakin bulan tau ... dan pastinya dia merasa bersedih.
HaHaHaHaHa ... biar mampus!!!!
Hmmm ... lalu aku cepat-cepat menutup tirai karena merasa bersalah ...

Masih dengan perasaan yang minus , kugapai kotak rokokku.Kuhisap dalam-dalam-dalam aroma tembakau bercampur belerang.Kupejamkan mata.Dan mengumpat dalam hati , karena aku cuma membeli sebotol Heineken di Circle K tadi sore.Karena jujur saja , aku cukup membenci kopi digenggamanku ini ...
Dalam gelap mataku yang mengatup , berkelebat bayangan semua laki-laki yang pernah mampir dikehidupan cintaku. Mereka , para lelaki yang pernah memberikan sedikit sentuhan merah jambu , meninggalkan aroma , menggoreskan luka , melimpahiku dengan tawa , ada juga yang menganugrahiku dengan tangis , menyisakan benci , ada sedikit rindu , kenikmatan , namun selebihnyaomong kosong.Ya!Bukankah cinta adalah berarti omong kosong ???

STICKS AND STONES NEVER MADE SENSES - Poison The Well
thought that i would - show everyting aside - to shake your hand - barbed wire wouldn't come fast enough - why does your name leave a bad taste in my mouth - when it's rolls to mu tongue - in your world excuses mean everything - stich me for days because - i keep splitting - my self for you - why does your face seem better on the floor - have you thought abaout Death today - ask me , i'll help - you never knew me - there are my last words - not that it matters anymore.

Semua tentang lelaki dan cinta terwakili oleh lagu ini … aku tersenyum.
Dan untuk malam ini , semua melankoli ini harus kuakhiri.Biarkan semua tertinggal dibelakang.Aku akan pergi meninggalkan semua kisah … dan berlari menuju kemalangan-kemalangan lain yang akan kusambut dengan senyum termanisku , akan kupeluk erat semua sakit … dan kunikmati darah yang mengucur dari luka menganga semua derita.

Mungkin akan ada sekuel lain dari catatan ini … namun dengan bentuk-bentuk kesedihan yang lain …
Tapi sekarang adalah waktunya aku untuk merebah … dan menikmati tidur tanpa mimpiku …