THE TIME WITH NO NAME, THE SELF WITH NO NAME: 01/01/2005 - 02/01/2005

Friday, January 28, 2005

saya ga butuh obat.
saya cuma pengen dibiarin muntah barang sebentar.
setelah itu, kamu boleh ninggalin saya kapan aja.

Wednesday, January 26, 2005

"Pertemuan yang basah"


Lingkaran hidupku, lingkaran hidupnya, adalah dua kutub yang berbeda. Kami hanya bersentuhan dalam sebuah irisan kecil masa lalu. Sebuah arsiran tipis sederhana.
Tapi begitulah, partikel diam memiliki medan magnet jauh lebih besar daripada yang bergerak. Aku ingat, kami tidak pernah berdiri dalam satu titik yang sama. Dia berdiri disebuah sudut yang terjaga oleh cahaya, dan aku berdiri disudut remang yang lain entah untuk apa. Seperti saat-saat sesudahnya dan saat ini. tidak ada percakapan mengalir. Kami berbicara dan bercerita dalam bahasa entah. Tidak ada kata beterbangan. tidak juga pertikaian.
Dulu sekali, aku pernah berusaha membunuh jiwaku diatas ranjang2 berderit yang terbungkam dalam bisingnya desah, dalam dekapan tangan lelaki2 tanpa rupa dan nama, dalam rangka penghianatanku padanya.
Memang ada sekian kemungkinan untuk bersetia, tapi ada sekian juta kemungkinan, untuk lebih tidak bersetia. setiap orang berada dipercabangan itu. Menyelingkuhi keputusasaan dan kelelahan diri.
perjalanan dan pertemuan2 kami adalah sesuatu hal yang tidak pernah dapat kupahami. entah pada halte keberapa kami akan bertemu. Atau bisa jadi sebenarnya kami berada didalam kereta yang sama tanpa disadari. Dan peron2 tua didepan menjadi ladang pertemuan yang tidak menyemaikan apa-apa. karena dia tidak menginginkannya. Aku pun tidak.
kami berhadap-hadapan, saling menatap, namun tidak pernah ada yang berubah. Cuma saling mengetahui nama masing2, tidak pernah benar2 saling mengenal.
Selesai sudah. Begitu instan.
dan petemuan singkat disebuah sore dikota yang diguyur hujan ini, hanya merupakan perselisihan jalan, untuk aku dan dia melanjutkan kembali perjalanan masing2 menuju antah berantah ...
Sedikit menggigil dia berkata,"siapkan diri. Tuhan masih punya banyak skenario untuk aku dan kamu"
Ya, semoga saja ia masih menyimpan tatapan matanya yang berkabut untukku diperjumpaan selanjutnya ...

Friday, January 21, 2005

Tak Nyaman



Makin lama, ada rasa tidak nyaman menulis di sini. Seperti harus peduli kepada banyak mata yang memandangi. Ada rasa takut, membayangkan apa kata datang tentang tulisan di sini.

Dulu, aku mencoba bersembunyi dengan tulisan-tulisan di sini. Tapi tak mudah menghilang dari perhatian. Dunia maya ini, seperti berubah menjadi dunia tanpa tempat sembunyi. Padahal, bermiliar identitas tak jelas berseliweran di sini. Aku, malah ketakutan di sini. Betapa ironisnya.

Tapi sudahlah. Aku memang menjadi bagian dari banyak mata yang memandang di sini. Hanya saja, aku harus berani bilang, aku menulis untuk aku sendiri. Apa kata banyak mata itu, aku mencoba untuk tak peduli. Benarkah? Jujurkah? Entah.

Sunday, January 16, 2005

2 minggu keberadaanku kembali di kota ini membuatku tersiksa. Kota ini sudah kehilangan daya tariknya dimataku. Kota yang terlalu sibuk dengan diri sendiri ..
Yang kutemui disini cuma angkot2 yang berwarna-warni , dan proyek pasupati.
Tidak ada laut .. pasir .. pantai .. ataupun bintang jatuh ..
Kadang kerinduanku akan laut terlalu dalam. Bahkan aku nyaris gila karenanya.
Bandung bukan lagi tempat yang cocok untukku.
Aku butuh sepi yang biru dan basah.
Aku kangen Bali ..

Saturday, January 08, 2005

"dia mencoba bernyanyi, bernyanyi
untuk melupakan
kenyataan hidupnya yang dusta
dan untuk mengingat
kehidupan dustanya yang nyata"


Epitaf penyair karya Octavio Paz
orang-orang selalu berteriak, bahwa mereka ingin menciptakan sebuah masa depan yang lebih baik. hal itu tidak benar. masa depan adalah kehampaan apatis dari kepentingan bukan siapa-siapa. masa lalu penuh dengan kehidupan, ingin sekali mengganggu kita, menggusarkan, dan menghina kita, membujuk kita untuk menghancurkan atau memolesnya kembali.
satu-satunya alasan orang ingin menjadi tuan bagi masa depan ialah untuk mengubah masa lalu. mereka berjuang untuk mendapatkan akses ke laboratorium dimana foto2 diperbaiki lagi, biografi dan sejarah ditulis kembali.
dalam masa ketika sejarah masih bergerak secara perlahan, peristiwa2 masih sedikit dan jarang terjadi, dan mudah diingat, peristiwa itu membentuk latar belakang bagi adegan-adegan petualangan yang mendebarkan dalam kehidupan pribadi.
dewasa ini sejarah bergerak dengan kecepatan tinggi. sebuah peristiwa sejarah, meskipun segera terlupakan, menerangi pagi berikutnya dengan embun kebaruan. tak ada latar belakang. latar belakang itu kini menjadi petualangan itu sendiri, sebuah petualangan yang mengambil tempat dihadapan latar belakang kebenaran kehidupan pribadi yang diterima begitu saja.
karena kita tidak lagi bisa menerima sebuah peristiwa sejarah apapun, betapapun barunya sebagai pengetahuan biasa, kita harus memperlakukan peristiwa2 yang hanya berlangsung beberapa tahun lalu sebagai peristiwa2 yang sudah berlangsung ribuan tahun.
saya mau operasi kelamin untuk melegalkan semua tindakan abnormal saya ...

Saturday, January 01, 2005

ah..ini cuma sebuah usaha menggila untuk dapat dicintai. itu saja. tidak perlu berlebihan.