THE TIME WITH NO NAME, THE SELF WITH NO NAME: 06/01/2005 - 07/01/2005

Tuesday, June 28, 2005

Kalau harus menangis, aku hanya akan menangis di malam hari. Kegelapan menyembunyikan wajahku. Angin malam menguapkan air mataku, menerbangkan bibit-bibit kesedihan ke udara untuk bergabung dengan sejuta kesedihan lain yang keluar dari segala lubang diseluruh penjuru kota ini.

Aku tidak terlalu suka menangis. Menangis membuatku sesak nafas dan membuatku sakit kepala, malah kadang hidung ikut mampet. Tapi selalu kelihatannya orang-orang disekitarku hobi sekali berusaha membuatku menangis.

Aku tidak cengeng, tapi juga tidak banyak tertawa. Aku hanya berusaha untuk tidak meneteskan air mata. Karena menangis itu membuang waktu, dan berkesan memancing simpati. Ha ! aku tidak butuh simpati. Aku kan bukan perempuan biasa. Aku tidak selemah itu.

Jaman aku kecil dulu, ibuku selalu menamparku bila aku melakukan kesalahan. Namun tamparan-tamparan itu akan semakin menggila bila aku menangis. Sejak itu aku tau, ibu sedang mengajarkanku bahwa aku dilarang keras menangis untuk rasa sakit atau kekalahan. Apalagi untuk ulah dan kesalahanku sendiri. Aku hanya boleh menangis untuk kemenangan. Ya, hanya jenis tangis haru yang bisa dia maklumi.

Wednesday, June 22, 2005

Telpon aku seperti biasanya nanti malam. Please ???

Pandangan menyelidik yang selalu membuatku merasa ditelanjangi itu sekarang telah pergi. Mata itu tidak akan pernah terbuka lagi. Siapa yang merampas kesenanganku ? Aku butuh mata itu untuk selalu memandangku. Aku butuh si mata nakalku. Mata itu tidak boleh mati.
Karena mata itu masih berhutang satu kerlingan kepadaku.

Dedicated to my beloved best friend, JM [R.I.P] [18-04-1979 – 22-06-2005]

Thursday, June 16, 2005

d r e a m g i g s


Semua mata diruangan itu memandangku ... Tidak ada suara, kecuali gumaman-gumaman samar yang tak mampu kutangkap. Glek! Aku menelan ludah.
Lampu-lampu itu mengikuti kemana aku melangkah, membuatku tidak bisa menyembunyikan wajah demam panggungku. sial.
Aku mencoba menyapa orang-orang didepanku. dan ya Tuhan,mereka .. mereka .. penonton terbanyak dalam sejarahku!
Mereka mulai bertepuk tangan, dan bersiul. Riuh.
Saat itu juga aku mulai lupa diri dan tidak lagi peduli
Dan ketika musik menghentak
Semua mulai berdansa dan tertawa
Dancefloor bergetar ... gedung berlantai 25 itu berderak seiring lompatan-lompatan liar para penontonku ...
Seluruh tubuhku ikut bergetar ... sensasi yang aneh
30 menit kemudian pertunjukanku berakhir dengan satu ruangan penuh sorakan dan tubuh yang berpeluh.
Membahagiakan :)

Thursday, June 09, 2005

Kalau.
Cuma kalau. [aku juga toh tidak berani bermimpi apa-apa tentang kamu]
Kalau benar suatu hari kita bertemu,
Entah di pulau mana …
Entah siapa yang mendatangi siapa …
Entah benar kita akan duduk berdua di dek kapal, atau cuma di bangku kayu warung tegal murahan,
Aku datang untuk semua rasa penasaranku
Untuk 3 tahun penuh cerita
Mungkin untuk sedikit mencicipi kamu … [seperti pertanyaan nakal kamu barusan, pertanyaan yang “sangat kamu”.]
Tapi tidak lebih dari itu.
Aku bukan datang untuk menjadi kekasih
Bukan juga untuk menjadi sahabat selamanya.
Karena itu sangat “bukan aku”.

Tapi kalau,
Cuma kalau.
Kalau yang terjadi justru sebaliknya …
Seperti katamu, mungkin saja selamanya kita tidak akan pernah bertemu,
Mungkin suatu hari nanti salah satu dari kita memutuskan untuk total meninggalkan 'dunia' ini, dan beralih ke kehidupan yang lebih nyata dan berdimensi, dan dapat digenggam,
Atau kita bertemu setelah kita sudah sama-sama renta, seperti cerita a la bollywood,
Itu pun tak apa …
Karena kamu memang tidak pernah nyata buatku …

Wednesday, June 08, 2005

Diteguk saja
Beer ini ramuan special
Mengandung alcohol kurang dari 5%,
Ditambah dengki yang sudah di fermentasi sebanyak 70%
Buzz !! Jadilah beer Limited edition
Dibuat khusus bagi yang sedang terpuruk
Aku-kah itu ??? atau kamu ???
*berdehem*

Ditambah sedikit candu,
Pastinya menjadi komposisi yang sempurna
Dengan begitu perjalanan sudah boleh dimulai
Lalu kita akan menyebrangi jalan
Tanpa perlu lihat kiri kanan
Psst .. Karena mata selalu berdusta

Siapa butuh asmara ?
Kita telah membakarnya bersama ganja
Asmara menguap ke udara bersama kesedihan-kesedihan
Bersama-sama kita melubangi ozon
Dengan cinta yang kadaluarsa
Biar saja kegundahan itu merayapi lubang-lubang kunci,
Ventilasi, lubang telinga, dan celah-celah tembok yang retak
untuk mengajak kita menyayati nadi dihitungan ke sepuluh

pastinya,
Selalu ada cerita, yang terselip di sol sepatuku
Yang membuatku mengembara ke kota-kota
Mencari sekutu untuk mabuk bersama
Sambil sesekali berbagi cerita
Tentang beer rasa dengki, yang tidak pernah dijual di circle K
Atau asap ganja beraroma asmara kadaluarsa yang gundah gulana

Sunday, June 05, 2005


telan lilinnya, anne !!!
kamu masih punya 10 tahun lagi untuk menjungkir balikkan dunia !!