THE TIME WITH NO NAME, THE SELF WITH NO NAME: 10/01/2006 - 11/01/2006

Monday, October 23, 2006

- that bloody note-


dia mengiris nadinya di hari kepergianku
dia membenturkan kepalanya, menolak hidup.
dia bilang aku tidak punya hati

aku bilang, ini yang aku mau.
karena aku tidak akan pernah mau hidup dibawah bayang-bayang siapapun

sesungguhnya, aku sangat punya hati






*maaf,aku selalu sulit menoleransi kebohongan
  • menu semalam


  • Hari pertama kerja. sedikit hangover, selebihnya baik-baik saja. udara sangat sejuk pagi ini. Dan tidak ada yang lebih keren daripada jogjakarta dengan jalanan yang lengang. ayo, lebaranlah setiap hari !
    dibeberapa sudut jalan, segerombolan polisi lalu lintas membuat alergiku kambuh. alergi polisi. huatchim !! segera kusembunyikan mata merahku dibalik kacamata hitam. sial, harus cepat cari obat tetes. atau mungkin aku gugup dengan belebihan ? ah kenapa juga, sibuk memikirkan sekumpulan orang berpakaian coklat yang bisa-bisa merusak pagi hariku ? motor pun kupacu perlahan di bahu kiri jalan, sekedar ingin lebih menikmati suasana kota ini.
    ternyata keputusanku meninggalkan jakarta 2 bulan yang lalu sama sekali tidak salah. di beberapa kota yang aku kunjungi kemarin aku mendapatkan banyak hal. semangat hidup baru, mimpi-mimpi baru, beberapa potong pakaian dan celana baru, potongan rambut baru, kesempatan mencicipi jenis2 makanan baru, sampai cinta lokasi dengan beberapa orang baru. semuanya diluar dugaan. rupanya hidup mulai asik memberiku kejutan. tentunya akupun tak kalah keenakan. ternyata 'life is easy' itu memang benar adanya.
    tidak terpikirkan sama sekali untuk aku kembali ke jakarta dan rutinitas sesakku itu. alasannya bisa jadi karena menjadi diriku yang seperti ini jauh lebih menyenangkan. tapi bisa juga karena disini aku disodori cinta dewasa jenis baru, yang intim dan manis, yang sering membuat dadaku terasa sesak dan hangat, yang membuatku berpikir untuk menyudahi saja semua petualanganku.
    malahan sekarang ini, ingatanku tentang orang yang selama ini menelponku dan menanyakan kapan aku kembali, sedikit demi sedikit mulai tertutupi kabut tipis. aku bahkan telah lupa rasa kecupannya.
    ah maaf ini terjadi lagi ('keluh)
    aku mulai larut ..
    tapi aku tidak menyesal.