THE TIME WITH NO NAME, THE SELF WITH NO NAME

Wednesday, April 06, 2005

Kupu-kupu Kelabu dan Kupu-kupu Pelangi


"Apa sih yang dia pikirkan sewaktu memilih kupu-kupu jelek itu sebagai pasangannya?", kata bunga tulip kepada serumpun mawar yang kemudian setuju mengiyakan.
"Kupu-kupu itu begitu jelek!!! Lihat saja warnanya yang suram seperti kematian. Begitu kelabu ... begitu membosankan. Abu-abu, warna yang sama sekali tidak memiliki kejelasan. Warna yang cuma berenang terombang-ambing dalam ketidakpastian antara hitam dan putih. Kupu-kupu yang pemurung, pemarah dan tidak suka berteman. Bahkan bunga paling buruk sekalipun enggan berbagi nektar dengannya."
"Dan cobalah kalian lihat si kupu-kupu Pelangi! Sayap begitu indah. Seolah-olah semua warna-warna terbaik di dunia menyatu dengan sempurna, menciptakan motif-motif unik yang mana hanya para kupu-kupu kesayangan dewa-lah yang berhak memilikinya. Kupu-kupu yang tampan luar biasa! Semua bunga berebut ingin dihinggapi, semua kupu-kupu betina, bahkan jantan, ingin menjadi temannya!"

Adalah sebuah kejanggalan yang mengerikan, pabila si kelabu dan si pelangi bersatu. Seperti seorang pangeran tampan yang kaya raya memutuskan meminang seorang gadis bisu dari dusun yang buruk rupa. seperti berlian terbaik dunia bersanding dengan batu kerikil. Tidak layak, bahkan bisa dibilang amat sangat diharamkan untuk bersama!!!

Tapi siapa yang tau isi hati si Kelabu?? Seperti biasa, sore itu si Kelabu terbang dengan murung diantara ilalang. Dia begitu lapar dan kesepian. Semua bunga selalu menguncup bila dia dekati, sehingga setetes nektar pun tak pernah ada untuk dirinya. Tubuhnya kian lama kian melemah. Ia butuh energi untuk tetap dapat mengepakkan sayapnya. Ia membutuhkan si Pelangi ...
Namun si kupu-kupu Pelangi terlalu asik dengan dunianya yang riuh dan bergelimang cinta. Kehadiran dan keberadaan si Kelabu yang samar-samar, terkadang membuat si Pelangi lupa bahwa si Kelabu itu ada.
Walaupun begitu, si Kelabu paham betul dan memaklumi, bagaimana mungkin si Pelangi mampu memahami kesendiriannya, apabila dia sudah terbiasa hidup diantara banyak serangga yang menyayanginya, dan para bunga yang selalu membanjirinya dengan manisnya nektar.

Sekelompok kupu-kupu cantik berwarna kuning terlihat cekikikan sambil bergunjing saat terbang melewati si Kelabu, yang sedang bersandar lemah pada batang rumput. "Lihat dia, warnanya semakin hari semakin kusam. Lihat tubuhnya yang kurus kering dan keriput. Benar-benar menjijikkan. hihihihi ... "
Si Kelabu berpura-pura tuli ...
Di kejauhan terlihat si kupu-kupu Pelangi yang tampan sdang asik bercengkrama dengan kupu-kupu warna-warni diantara bunga melati. Si Kelabu hanya bisa memperhatikan saat si Pelangi tertawa bahagia, sementara kupu-kupu dan serangga lainnya memandang kagum kearahnya. Dunia yang berbeda. Dilimpahi cinta ... dan kekurangan cinta ...
Bahkan si Kelabu hampir-hampir lupa caranya berbicara, setelah sekian lama dia terbiasa berdiam diri, menutup mulut, dan hanya berbincang dengan dirinya sendiri didalam hati.
Betapa sebenarnya si Kelabu ingin mengenal dunia si Pelangi. Tetapi selalu ada jarak diantara mereka ... bagi dua warna yang dinajiskan untuk bersatu. Si Kelabu tetap bertahan dan mencoba mengerti. Toh ia pun tidak ingin kehilangan si Pelangi. Karena hanya Pelangi-lah yang ia miliki sekarang ini, dan entah apa jadinya hidup tanpa kehadiran si Pelangi.

Kelabu mencintai Pelangi. Pelangi tidak peduli. Kelabu membutuhkan Pelangi. Pelangi tidak mengerti.

[Never there. You're never there. You're never, ever, ever, ever there -Cake]

0 Tamparan Penuh Cinta:

Post a Comment

<< Home