THE TIME WITH NO NAME, THE SELF WITH NO NAME

Tuesday, June 28, 2005

Kalau harus menangis, aku hanya akan menangis di malam hari. Kegelapan menyembunyikan wajahku. Angin malam menguapkan air mataku, menerbangkan bibit-bibit kesedihan ke udara untuk bergabung dengan sejuta kesedihan lain yang keluar dari segala lubang diseluruh penjuru kota ini.

Aku tidak terlalu suka menangis. Menangis membuatku sesak nafas dan membuatku sakit kepala, malah kadang hidung ikut mampet. Tapi selalu kelihatannya orang-orang disekitarku hobi sekali berusaha membuatku menangis.

Aku tidak cengeng, tapi juga tidak banyak tertawa. Aku hanya berusaha untuk tidak meneteskan air mata. Karena menangis itu membuang waktu, dan berkesan memancing simpati. Ha ! aku tidak butuh simpati. Aku kan bukan perempuan biasa. Aku tidak selemah itu.

Jaman aku kecil dulu, ibuku selalu menamparku bila aku melakukan kesalahan. Namun tamparan-tamparan itu akan semakin menggila bila aku menangis. Sejak itu aku tau, ibu sedang mengajarkanku bahwa aku dilarang keras menangis untuk rasa sakit atau kekalahan. Apalagi untuk ulah dan kesalahanku sendiri. Aku hanya boleh menangis untuk kemenangan. Ya, hanya jenis tangis haru yang bisa dia maklumi.

0 Tamparan Penuh Cinta:

Post a Comment

<< Home