THE TIME WITH NO NAME, THE SELF WITH NO NAME

Monday, September 05, 2005

another flawless day .. [when I exactly do nothing]

Malas. Panas. Cuaca nggak kompak sejalan dengan suasana hati. Lengket berkeringat. Padahal perasaan saya sedang sendu. Seperti biasa terlalu terpengaruh pada buku yang saya baca. cerita-cerita sedih selalu membuat saya jadi lembek.
Sedangkan hisapan maut sudah sampai ke batang ke-dua.
3 orang bercakap-cakap di ruang tamu. Memperbincangkan pesawat jatuh, membincangkan perempuan berkutang hitam berenda, membicarakan apapun.
Samar ... menjauh ... suara-suara itu lenyap.
Yang saya dengar cuma dengungan halus. Dibalik kelopak mata saya yang terpejam, tidak ada hitam. Yang ada hanya ingatan yang dijejalkan tanpa ampun. slide demi slide dipertontonkan dengan paksa tanpa ada tombol pause atau jump to another track, untuk menghindar.
Berusaha membuka mata. Sulit. Kelopak mata saya serasa diduduki pantat besar berlemak, yang gelambirnya menutupi lubang telinga saya, dan tidak membiarkan gelombang suara sekecil apapun untuk masuk. Sangat berat. Terpaksa fokus.
Saya cuma bisa pasrah. Menontoni potongan-potongan gambar dari masa lalu, yang mengaduk-aduk perasaan saya.
Sampai ketika ... saya tiba disebuah ingatan .. peristiwa yang mempertontonkan kegetiran dari sebuah mimpi yang mustahil. Saya tidak boleh tinggal diam. Berontak !
"Aaaaahhhh !!", saya membuka mata sambil berteriak. Mengibas-ngibaskan kepala, meyakinkan diri bahwa bayangan itu sudah sepenuhnya terusir.
Suasana mendadak sepi. 3 orang di ruang tamu, membiarkan obrolan mereka menggantung di udara, demi untuk menyembulkan bentuk-bentuk kepala mereka yang aneh dari balik tembok.
"napa sih tau-tau teriak?"
-Merasa bodoh-
"hehe..gw mimpi."
"mimpi? emang lo tidur?", si gondrong bertanya.
"hahaha makanya jangan mabok mulu.", lelaki kurus dengan tato jelek menimpali, sambil tertawa keras. Mungkin merasa sangat brilian dengan celetukannya.
"mending mabok, daripada sadar trus sok tau.", saya menggerutu.
Lelaki ke-tiga tidak berkomentar. dia tau bagaimana saya. Play save. Gud boi.

Beranjak ke beranda. Mencari-cari seliwir angin malam. Sedikit dipaksakan. Menggoyang-goyangkan badan.
Agak tergelak. menepuk jidat. Rumah kontrakan kecil ini berada di lokasi kumuh. Gang senggol. Rumah berdempetan. Mana mungkin ada ruang untuk angin sepoi-sepoi ?

Saya masuk ke dalam. melirik ke-tiga tamu harian itu. meraih helm, jaket dan kunci motor.
"cabut dulu ya!"
"eh kemana ?? awas razia bu !"
"santai .. gw udah siapin duit 20 rebuan kok.", saya menepuk saku sambil tersenyum, berusaha menetralkan suasana. otot leher mereka keliatan tegang. kasian.

Lenggang .. Kosong .. Jalanan sepi. 70 km/jam, motor saya memperdengarkan suara tidak sedap. Mengingatkan lagi bawa harus secepatnya saya pergi ke bengkel.
Satu jam tanpa memori. Menggilasi jalan kesana kemari. Tau-tau saya ada di"sana" lagi. Menepuk jidat kedua kali. Memang, berat hati saya akui, dia masih saja memegang kendali.
Kapan ya bisa bertemu dan saling mentertawakan ? Saya sudah siap. Siap menertawakan, siap ditertawakan. Apapunlah.

0 Tamparan Penuh Cinta:

Post a Comment

<< Home