THE TIME WITH NO NAME, THE SELF WITH NO NAME

Sunday, November 13, 2005

- Kisah Valkyrie bersayap peri dengan blush on yang tampak seperti bekas tamparan di kedua pipinya -

Aku bukan orang biasa, aku sangat tidak biasa, biarpun tidak terlalu luar biasa. Walaupun begitu, dengan dada membusung aku akan mengutip ucapan Gia, "i am supercool, i'm on top of everything". Aku bangga, dan dengan tanpa rasa takut pada polisi pamong praja yang berpatroli keliling kota, menuliskannya disetiap benda yang kutemui. kutuliskan besar-besar dalam huruf kapital tak beraturan diatas tembok, atap, meja, kursi, wajah bosku, kucing, pos satpam, lengan, baju temanku, daun dan langit.
Walaupun dengungan tak bersahabat dari segala benda seperti sengaja ingin menggangguku, maaf maaf saja, konsentrasiku menghadapi rumus tentang bagaimana caranya menaklukan dunia ini sendirian, tidak akan terpecah. Tak akan pernahlah kalian melihatku menggelepar seperti burung kecil yang terluka. Karna bagaimanapun aku dilahirkan dengan cakar sekuat rajawali. Bahkan aku mampu mencengkram planet Merkurius dengan sebelah tanganku.
Pada tahun 1927, ketika aku masih berupa roh yang melayang-layang didimensi berwarna pyschedelic, sambil bergandengan tangan dengan andy warhol (satu tahun sebelum dia dilahirkan), kami mengira, 58 tahun lagi aku akan dilahirkan sebagai seorang lelaki, sebelum aku tau bahwa ibuku terlanjur melakukan persekongkolan dengan Tuhan, (dan kalau tidak salah juga dibantu oleh seorang gypsi bertelinga lebar yang menggantikan penis gagahku dengan vagina jelek yang menempel dengan buruk diselangkanganku). Itulah sebabnya, kenapa aku menangis dengan keras sewaktu dilahirkan (kalau-kalau kalian bertanya-tanya). Konon, menurut para cicak yang hadir dihari kelahiranku, gypsi itu menyamar sebagai seorang bidan, yang begitu melihat kepala kecilku yang berlumuran darah menyembul dari rahim ibuku, dialah orang pertama yang berteriak paling kencang dan tertawa dengan keras sambil kemudian mengangkat kakiku dengan posisi kepala dibawah, dan lalu menepuk-nepuk pantatku keras sekali. Menurut buku yang aku baca, itu merupakan ritual para kaum gypsi untuk menghilangkan ingatan para bayi yang diubah kelaminnya, supaya dikemudian hari mereka tidak membalas dendam. Tapi sungguh sayang dia salah, karna cicak-cicak temanku telah mengembalikan ingatanku.
Dihari senin yang cerah ini, aku, sang lelaki gagah yang dilahirkan sebagai perempuan perkasa ini, sedang berpikir tentang meniadakan yang ada, dan mengadakan yang tiada. setiada potongan kertas yang bergambar bila diterawang di saku celanaku. Senihil "1 new messege" di kotak masukku.
Mendengar ucapanku barusan, martabak telor disebelahku mendadak hidup dan berkata, "Seperti seorang tukang bubur mendorong gerobaknya sendirian dipagi hari, disebuah tanjakan curam Bangka 1. Semua itu sia-sia. Karna sekuat apapun dia mendorong, gerobak itu akan meluncur kembali ke bawah, kecuali ada satu orang lagi datang membantunya." Aku tercenung. Sia-sia, persis wajahku saat terbangun dari mimpi samar tentang pangeran berperut gemuk, yang menciumi wajahku tak henti-henti, dan menyelipkan setangkai dahlia disela telingaku, dan menimbulkan sensasi nyaman yang aneh sehari penuh. Tapi entah kenapa, karna masih saja, rambut ini kusut dan beraroma kemiri. Aroma yang datang dari masa kecil, dimana ibuku dengan setia menumbuk potongan kemiri berbau aneh itu diatas cobek, dan mengoleskannya di rambut ikalku, dengan harapan rambutku akan menjadi selegam malam dikemudian hari. Dan terimakasih kepadanya, karna kini aku dapat bersembunyi dibalik selimut malam seperti ninja tanpa bisa terlihat oleh mata orang-orang biasa.
Dan mungkin, dengan inilah aku bisa membalas dendam kepada si gypsi bertelinga lebar yang telah merampas kebebasanku sebagai seorang lelaki.
Mengendap-endap diantara malam yang berbau durjana, berkelebatan dibalik pepohonan, aku berjingkat-jingkat dibelakang punggung si gypsi yang sedang menari bersama ular, sambil kuangkat tinggi-tinggi pedang yang telah kuasah bertahun-tahun diatas batu bernama dendam. Lalu kuhujamkan tanpa ampun dipunggungnya.
Waktu seolah berhenti. Hening. Semesta membisu, yang terdengar hanyalah dengus nafasku dan Dwight yang berbicara dengan suara berat yang rendah, "Deadly little Anne. She won't let you feel a thing unless she wants you to. She twists the blade. He feels it."
Darah mengalir kearah dimana semua air mengalir, tanah pun mengecapnya dengan sukacita, dan sekali lagi, aku telah menang.
Janji Tuhan padaku : Reinkarnasiku berikutnya, aku akan menjadi lelaki penguasa dunia.

0 Tamparan Penuh Cinta:

Post a Comment

<< Home