THE TIME WITH NO NAME, THE SELF WITH NO NAME

Wednesday, April 26, 2006

Balada manusia hijau


kita punya tembakau, hujan lebat, dan banyak cerita
si kamu jelas punya punya paru-paru super sehat untuk mengoceh tanpa jeda,
sedang aku ? aku punya senyum sinis yang tak bakal kubagi-bagi, dong!
introvert, katamu.
NDASMU !!!, kataku.
kamu menaruh tanganku didadamu yang berdetak bergemuruh tak terkendali
dan nafas berat yang susah payah kamu hembuskan.
kamu berpuisi, muntah kalimat nyastra didepan mukaku.
gombal gembel gambil (kamu komat-kamit. aku sempat curiga, kukira kamu bermantra-mantra. ampun om dukun. nyuwun sewu, minta serebu. buat bayar parkir.)
mungkin itu bukan aku yang selama ini berbisik ditelingamu,
yang menerobos celah-celah retak dari detik yang tak berdetak.
mungkin itu setan dibawah jendela kamarmu, yang selalu memainkan rambutnya sambil menatap keluar jendela, lalu tiba-tiba menanggalkan bajunya untuk kemudian kamu lukis
mungkin bukan "Anne" yang dia bisikkan.
mungkin Ani, Ana, Ano, atau Anu.
siapa tau ini sudah waktunya kamu berkonsultasi dengan dokter THT-mu.
ah entahlah siapa yang tau ?
bisa jadi kamu hanya merasa .. sok sok merasa. biar serupa kebetulan yang sudah ditakdirkan, awal yang keren untuk memulai hubungan. buat cerita omong kosong kepada anak cucu.
ah tapi kupikir kamu cuma terbuai suasana taman izmail marzuki
hey bung! jangankan kamu , akupun begitu
tempat ini punya sejarah besar buatku.
hati-hati, bau tanah basah bisa merusak logika,
tentunya untuk orang-orang semacam kita.
yang berlagak tegap menantang rimba jakarta,
tapi malah lemah oleh cahaya merkuri.
dan tebak, siapa yang menang ?
kenalkan ...
namanya WAKTU :)